• Ba'ats
dan Mauqif
Setelah hari kiamat, seluruh
manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di
zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit (Ba’ats)
kembali dari mati untuk kemudian di giring (hasyr) ke mahsyar/mauqif (tempat
berhenti dan berkumpul), lalu dihitung amal perbauatannya selama hidup di
dunia.
Mahsyar/Mauqif adalah tempat
dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga
akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul
hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk
disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di
neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya
sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.
Firman Allah:
• يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا
الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي
رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ .
Artinya: Pada hari itu ada
makhluk yang putih berseri mukanya dan ada pula yang hitam pekam mukanya,
Adapun orang yang hitam pekam mukanya, ditanya kenapa kamu kafir setelah kamu
beriman maka rasakanlah siksa disebabkan kekufuranmu. Adapun orang putih
berseri mukanya maka mendadpatkan kurnia dari Allah dan nanti akan dimasukkan
kedalam Surga Allah, mereka kekal didalamnya. (QS. Ali Imran ayat 106 dan
107).
• وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ
جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ
نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا.
Artinya ” Dan mereka akan dibawa
ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris-baris. Sesunguhnya kamu datang kepada Kami,
sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama.” Al-Kahfi ayat 48
• Hisab
dan Mizan (penghitungan dan Penimbangan Amal Perbuatan)
Hisab merupakan peristiwa yang terjadi setelah hari kiamat,
di mana seluruh manusia dihitung amal perbuatannya dan sekaligus dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang mereka kerjakan selama hidup di dunia. Tempat
hisab ini di padang Mahsyar yang merupakan tempat berkumpulnya manusia setelah
mereka dibangkitkan kembali dengan ditiupnya sangkakala yang kedua. Ditempat
inilah mereka dimintai pertanggung jawaban dan tidak akan ada satu pun yang
terlewatkan dalam perhitungan ini. Hal ini karena prosesnya sangat detil, ada
proses penghitungan amal perbuatan dan ada penimbangannya, “Dan Kami tegakkan
neraca keadilan di hari kiamat, sehingga seseorang tidak akan dirugikan sedikit
pun, walau hanya seberat biji sawi Kami kemukakan juga” (Al-Anbiya: 47).
Selain itu, karena Allah sendirilah
yang akan mengurusi hisab para makhluk-Nya, sebagaimana disebutkan didalam
hadits Bukhari dan Muslim dari Adi Ibn Hatim, dia berkata, Rasulullah SAW.
bersabda:
• مَا مِنْكُمْ مِنْ اَحَدٍ اِلاَّ سَيُكَلِمُهُ
رَبُّهُ, لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تَرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ
فَلاَ يَرَى اِلاَّ مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ
يَرَى اِلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ, فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ
تَمْرَةٍ.
Artinya: “Tidak seorang pun di
antara kalian melainkan Allah akan mengajaknya bicara, tidak ada antara Allah
dan dia penerjemah. Maka dia melihat ke sebelah kanannya ternyata dia tidak
melihat kecuali apa yang telah dia persembahkan dari amalnya (yang baik), dan
melihat sebelah kirinya maka ia pun tidak melihat kecuali apa yang telah ia
kerjakan, dan dia melihat di hadapannya maka dia tidak melihat kecuali neraka
di hadapan wajahnya. Karena itu takutlah kepada neraka sekalipun dengan
(bersedekah) separuh dari sebutir kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak satu pun yang luput dari
perhitungan Allah SWT. walaupun seberat biji sawipun Allah SWT akan
membalasnya, sebagaimana Allah SWT. Berfirman:
• يٰبُنَيَّ اِنَّهَٱ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ
مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْفِى اْلأَرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللهُ اِنَّ اللهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ (لقمان: ١٦(
Artinya: “(Luqman
berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
• Juga
dalam firman Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
• فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَّرَه وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَه. (الزلزلة: (
Artinya: “Maka barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barang siapa mengerjakan kejahatan sebarat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya.” (QS, Az-Zalzalah: 7-8
• Bahkan
Semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan
semasa hidup di dunia, kecuali mulut yang telah dikunci oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman-Nya:
• أَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلىَٰ اَفْوَاهِهِمْ
وَتُكَلِّمُنَا اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
(يس: ٦٥(
•
Artinya:
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan
mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan.” (QS. Yasin: 65)
• Shiroth
• Shirath
menurut bahasa bermakna jalan. Adapun menurut istilah, yaitu jembatan yang
terbentang di atas neraka jahannam yang akan dilewati oleh semua manusia
ketika menuju Surga.
• Mula-mula
manusia seluruhnya seakan-akan berada di hadapan Allah dan diperlihatkan kepada
mereka amal-amal dan buku-buku catatan mengenai amal-amal mereka yang baik dan
buruk, kemudian diminta keterangan-keterangan dan pertanggungjawabannya.
Kemudian fase berikutnya adalah melewati Shiroth yaitu jembatan yang
direntangkan di atas neraka jahannam yang akan dilewati ummat manusia. Di
antara mereka ada yang berjalan sekejap mata, ada yang secepat kilat, ada yang
secepat hembusan angin, ada pula yang berjalan secepat kuda, ada pula yang
berjalan seperti penunggang unta, ada yang dengan berlari, ada yang dengan
berjalan santai, ada yang dengan merangkak, dan ada pula yang jatuh dalam
neraka, Bahkan ada yang langsung ke-neraka tanpa harus melewati siroth terlebih
dahulu. Semuai ini tergantung dengan sedikit banyak dan baik buruknya amal
perbuatan manusia.
Sabda Rasulullah SAW, “Kemudian didatangkan jembatan lalu
dibentangkan di alas permukaan neraka jahannam. Kami (para Sahabat)bertanya :
“Wahai Rasulullah, bagaimana (bentuk) jembatan itu ?”. jawab beliau, “licin
(lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri
yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon
Sa’dan ..” (Muttafaqun ‘alaih)
• Surga
dan Neraka
Setelah selesai semua fase pertanggungjawaban amal
perbuatan, kemudian di tentukanlah bahwa para penghuni surga akan dimasukan ke
dalam surga dan para penghuni neraka dicampakkan ke dalam neraka. Keimanan pada
kebenaran ini adalah bagian dari keimanan pada Allah. Tidaklah benar iman
seseorang yang beriman kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka.
Surga dan neraka adalah salah satu alam gaib Allah, sebagaimana halnya
malaikat, hari akhir, dan cara perhitungan amal. Karena keimanan pada Allah
berarti beriman pada yang gaib.
• Syafaat
• “Dari
Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was
sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka
setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai
syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah
akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim).
• Syafaat
berasal dari kata syaf’u yang berarti pertolongan. Sedangkan secara
istilah, syafaat berarti pertolongan seseorang kepada orang lain dengan
memberikan manfaat atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan
manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya. Pada hakekatnya syafaat
hanyalah usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain, dan ini tidak akan terjadi
tanpa izin dari Allah SWT .
• Dan
dalam ayat-ayat yang lain Allah berfirman
• “Dan
berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna
kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai
(Nya).” (QS. An- Najm: 26).
• “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi
Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255).
• “Pada
hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah
telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS.
Thahaa: 109).
• “Allah
mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di
belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang
diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.”
(QS. Al-Anbiya: 28).
• Menurut
penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
• Syafaat
umum
Allah
mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk
memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat.
Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang
jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada
penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar
mereka keluar dari neraka.
• Syafaat
khusus
yaitu
syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan merupakan syafaat
terbesar (Syafa’atul ‘Udzma) yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia
dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta
kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi
syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi
mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi
saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar
menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi
permohonan itu dan menerima syafaatnya.
Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan
Allah di dalam firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’: 79).
• Al-Haudl
• Al-
Haudh dalam bahasa artinya telaga, kolam atau bisa juga diartikan tempat air,
tapi yang dimaksudkan haudh di sini adalah telaga Nabi saw di akhirat.
• Telaga
nabi saw merupakan suatu yang telah ditetapkan dalam aqidah akan keberadaannya
dan wajib diimani.
• Keberadaan
Telaga Nabi telah disabdakan oleh Rasulallah saw dalam hadits beliau yang
diriwatkan oleh shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan selama satu bulan dan
panjang tepi-tepinya sama demikian. Airnya lebih putih dari susu, wanginya
lebih wangi dari minyak misk, cangkirnya sejumlah bintang-bintang yang ada di
langit. Barang siapa yang telah meminum air telaga tersebut niscaya dia tidak
akan merasa haus untuk selama-lamanya”
• Jadi,
pembahasan mengenai telaga Nabi saw merupakan pembahasan yang berkaitan dengan
keimanan terhadap hari akhir. Seperti tidak masuk akal, akan tapi harus
diyakini dengan keimanan yang kuat. Sama dengan syafa’at, setiap nabi memiliki
syafaat. Tapi syafaat yang terbesar di hari kiamat adalah syafaat Nabi saw yang
disebut Syafaat ’Udzma, begitu pula setiap nabi memili telaga yang bisa
dicicipi airnya oleh umatnya. Tapi telaga nabi merupakan telaga yang berlainan
dengan telaga telaga para nabi lainya.
• Telaga
Nabi saw adalah telaga paling besar, paling indah, paling lezat airnya, dan
paling penuh dikunjungi oleh umatnya. Jelasnya telaga Nabi saw dibuat oleh
Allah khusus untuk kita sebagai pengikutnya atau ummatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar