Rabu, 03 Mei 2017

Hal-hal yang berhubungan dengan Kiamat

       Ba'ats dan Mauqif
Setelah hari kiamat, seluruh manusia yang pernah hidup di dunia baik yang tua, muda, besar, kecil, hidup di zaman nabi adam as, baru lahir saat kiamat, dsb akan bangkit (Ba’ats) kembali dari mati untuk kemudian di giring (hasyr) ke mahsyar/mauqif (tempat berhenti dan berkumpul), lalu dihitung amal perbauatannya selama hidup di dunia.
Mahsyar/Mauqif adalah tempat dikumpulkannya seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya dari awal zaman hingga akhir jaman untuk dilakukan hisab atau peradilan tuhan yang sejati pada yaumul hisab. Selanjutnya akan diberangkatkan ke jembatan shirotol mustaqim untuk disortir mana yang masuk surga dan mana yang masuk neraka. Yang terjatuh di neraka akan menjadi penghuni neraka baik yang kekal abadi maupun yang hanya sementara hingga segala dosa-dosanya yang tidak terlalu berat itu termaafkan.
Firman Allah:
       يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ .

Artinya: Pada hari itu ada makhluk yang putih berseri mukanya dan ada pula yang hitam pekam mukanya, Adapun orang yang hitam pekam mukanya, ditanya kenapa kamu kafir setelah kamu beriman maka rasakanlah siksa disebabkan kekufuranmu. Adapun orang putih berseri mukanya maka mendadpatkan kurnia dari Allah dan nanti akan dimasukkan kedalam Surga Allah, mereka kekal didalamnya. (QS. Ali Imran ayat 106 dan 107).
       وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا.
Artinya ” Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris-baris. Sesunguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama.” Al-Kahfi ayat 48
       Hisab dan Mizan (penghitungan dan Penimbangan Amal Perbuatan)
Hisab merupakan peristiwa yang terjadi setelah hari kiamat, di mana seluruh manusia dihitung amal perbuatannya dan sekaligus dimintai pertanggung jawaban atas apa yang mereka kerjakan selama hidup di dunia. Tempat hisab ini di padang Mahsyar yang merupakan tempat berkumpulnya manusia setelah mereka dibangkitkan kembali dengan ditiupnya sangkakala yang kedua. Ditempat inilah mereka dimintai pertanggung jawaban dan tidak akan ada satu pun yang terlewatkan dalam perhitungan ini. Hal ini karena prosesnya sangat detil, ada proses penghitungan amal perbuatan dan ada penimbangannya, “Dan Kami tegakkan neraca keadilan di hari kiamat, sehingga seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun, walau hanya seberat biji sawi Kami kemukakan juga” (Al-Anbiya: 47).
Selain itu, karena Allah sendirilah yang akan mengurusi hisab para makhluk-Nya, sebagaimana disebutkan didalam hadits Bukhari dan Muslim dari Adi Ibn Hatim, dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
       مَا مِنْكُمْ مِنْ اَحَدٍ اِلاَّ سَيُكَلِمُهُ رَبُّهُ, لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تَرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى اِلاَّ مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى اِلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ, فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ.
 
Artinya: “Tidak seorang pun di antara kalian melainkan Allah akan mengajaknya bicara, tidak ada antara Allah dan dia penerjemah. Maka dia melihat ke sebelah kanannya ternyata dia tidak melihat kecuali apa yang telah dia persembahkan dari amalnya (yang baik), dan melihat sebelah kirinya maka ia pun tidak melihat kecuali apa yang telah ia kerjakan, dan dia melihat di hadapannya maka dia tidak melihat kecuali neraka di hadapan wajahnya. Karena itu takutlah kepada neraka sekalipun dengan (bersedekah) separuh dari sebutir kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak satu pun yang luput dari perhitungan Allah SWT. walaupun seberat biji sawipun Allah SWT akan membalasnya, sebagaimana Allah SWT. Berfirman:
       يٰبُنَيَّ اِنَّهَٱ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْفِى اْلأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللهُ اِنَّ اللهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ (لقمان: ١٦(
Artinya: “(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
       Juga dalam firman Allah dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
       فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَه وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَه. (الزلزلة: (                             
                Artinya: Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebarat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS, Az-Zalzalah: 7-8
       Bahkan Semua anggota tubuh manusia akan menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan semasa hidup di dunia, kecuali mulut yang telah dikunci oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:
       أَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلىَٰ اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (يس: ٦٥(
        
                Artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)
       Shiroth
       Shirath menurut bahasa bermakna jalan. Adapun menurut istilah, yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka jahannam yang akan dilewati oleh semua manusia ketika menuju Surga.
       Mula-mula manusia seluruhnya seakan-akan berada di hadapan Allah dan diperlihatkan kepada mereka amal-amal dan buku-buku catatan mengenai amal-amal mereka yang baik dan buruk, kemudian diminta keterangan-keterangan dan pertanggungjawabannya. Kemudian fase berikutnya adalah melewati Shiroth yaitu jembatan yang direntangkan di atas neraka jahannam yang akan dilewati ummat manusia. Di antara mereka ada yang berjalan sekejap mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat hembusan angin, ada pula yang berjalan secepat kuda, ada pula yang berjalan seperti penunggang unta, ada yang dengan berlari, ada yang dengan berjalan santai, ada yang dengan merangkak, dan ada pula yang jatuh dalam neraka, Bahkan ada yang langsung ke-neraka tanpa harus melewati siroth terlebih dahulu. Semuai ini tergantung dengan sedikit banyak dan baik buruknya amal perbuatan manusia.
Sabda Rasulullah SAW, “Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di alas permukaan neraka jahannam. Kami (para Sahabat)bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana (bentuk) jembatan itu ?”. jawab beliau, “licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan ..” (Muttafaqun ‘alaih)
       Surga dan Neraka
Setelah selesai semua fase pertanggungjawaban amal perbuatan, kemudian di tentukanlah bahwa para penghuni surga akan dimasukan ke dalam surga dan para penghuni neraka dicampakkan ke dalam neraka. Keimanan pada kebenaran ini adalah bagian dari keimanan pada Allah. Tidaklah benar iman seseorang yang beriman kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka. Surga dan neraka adalah salah satu alam gaib Allah, sebagaimana halnya malaikat, hari akhir, dan cara perhitungan amal. Karena keimanan pada Allah berarti beriman pada yang gaib.
       Syafaat
       “Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim).
       Syafaat berasal dari kata syaf’u yang berarti pertolongan. Sedangkan secara istilah, syafaat berarti pertolongan seseorang kepada orang lain dengan memberikan manfaat atau menolak mudharat, yakni pemberi syafaat itu memberikan manfaat kepada orang itu atau menolak mudharatnya. Pada hakekatnya syafaat hanyalah usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain, dan ini tidak akan terjadi tanpa izin dari Allah SWT .
       Dan dalam ayat-ayat yang lain Allah berfirman
       “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An- Najm: 26).
        “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255).
       “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thahaa: 109).
       “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiya: 28).
       Menurut penjelasan para ulama, syafaat yang diterima, dibagi menjadi dua macam:
       Syafaat umum
                Allah mengizinkan kepada salah seorang dari hamba-hamba-Nya yang shalih untuk memberikan syafaat kepada orang-orang yang diperkenankan untuk diberi syafaat. Syaaat ini diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, nabi-nabi lainnya, orang-orang jujur, para syuhada, dan orangorang shalih. Mereka memberikan syafaat kepada penghuni neraka dari kalangan orang-orang beriman yang berbuat maksiat agar mereka keluar dari neraka.
       Syafaat khusus
                yaitu syafaat yang khusus diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan merupakan syafaat terbesar (Syafa’atul ‘Udzma) yang terjadi pada hari Kiamat. Tatkala manusia dirundung kesedihan dan bencana yang tidak kuat mereka tahan, mereka meminta kepada orangorang tertentu yang diberi wewenang oleh Allah untuk memberi syafaat. Mereka pergi kepada Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Tetapi mereka semua tidak bisa memberikan syafaat hingga mereka datang kepada Nabi saw, lalu beliau berdiri dan memintakan syafaat kepada Allah, agar menyelamatkan hamba-hamba-Nya dari adzab yang besar ini. Allah pun memenuhi permohonan itu dan menerima syafaatnya.
                 Ini termasuk kedudukan terpuji yang dijanjikan Allah di dalam firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Israa’: 79).
       Al-Haudl
       Al- Haudh dalam bahasa artinya telaga, kolam atau bisa juga diartikan tempat air, tapi yang dimaksudkan haudh di sini adalah telaga Nabi saw di akhirat.
       Telaga nabi saw merupakan suatu yang telah ditetapkan dalam aqidah akan keberadaannya dan wajib diimani.
       Keberadaan Telaga Nabi telah disabdakan oleh Rasulallah saw dalam hadits beliau yang diriwatkan oleh shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan selama satu bulan dan panjang tepi-tepinya sama demikian. Airnya lebih putih dari susu, wanginya lebih wangi dari minyak misk, cangkirnya sejumlah bintang-bintang yang ada di langit. Barang siapa yang telah meminum air telaga tersebut niscaya dia tidak akan merasa haus untuk selama-lamanya”
       Jadi, pembahasan mengenai telaga Nabi saw merupakan pembahasan yang berkaitan dengan keimanan terhadap hari akhir. Seperti tidak masuk akal, akan tapi harus diyakini dengan keimanan yang kuat. Sama dengan syafa’at, setiap nabi memiliki syafaat. Tapi syafaat yang terbesar di hari kiamat adalah syafaat Nabi saw yang disebut Syafaat ’Udzma, begitu pula setiap nabi memili telaga yang bisa dicicipi airnya oleh umatnya. Tapi telaga nabi merupakan telaga yang berlainan dengan telaga telaga para nabi lainya.
       Telaga Nabi saw adalah telaga paling besar, paling indah, paling lezat airnya, dan paling penuh dikunjungi oleh umatnya. Jelasnya telaga Nabi saw dibuat oleh Allah khusus untuk kita sebagai pengikutnya atau ummatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar